foto::: Maraknya perkebunan sawit menjadi ancaman bagi biodiversity dan jasa lingkungan hutan rasau sebaju_ Hutan Rasau Sebaju meru...
foto::: Maraknya
perkebunan sawit menjadi ancaman bagi biodiversity dan jasa lingkungan hutan
rasau sebaju_
|
Keanekaragaman hayati khas rawa gambut, seperti pohon Jelutung, Ramin, Meranti, Asam gandis, jenis pohon rawa gambut lainya dan berbagai jenis tanaman obat-obatan. Sedangkan Fauna yang ada di Rasau Sebaju ini diantaranya Tringgiling, Pelanduk, Kukang, Kelempiau, Beruang, Beruk, Kukang, Landak, Labi-labi dan Rangkong. Berbagai jenis ikan air tawar pun hidup di kawasan Hutan Rasau Sebaju yang banyak kolam alam kecil, anak-anak sungai Sebaju dan Sungai Sebaju. Diantaranya, Gabus, Sepat, Tapah, Lele, Baong, Toman dan ikan Arwana (sekarang arwana sulit didapatkan). Sehingga kawasan ini menjadi sumber pangan (ikan) bagi masyarakat Desa Nanga Kebebu dan sekitarnya. Kawasan ini juga menjadi sumber air baku untuk kebutuhan sehari-hari bagi 63 Kepala Keluarga (KK) warga Dusun Sebaju.
Namun, kebaradaan biodiversity dan jasa layanan ekosistem (diantaranya jasa lingkungan) kawasan gambut Hutan Rasau Sebaju ini terancam oleh aktivitas ekonomi. Orang mulai membuka lahan di sekitar Hutan Rasau Sebaju, seperti untuk menanam sawit dari pengusaha-pengusaha lokal. Paling tidak ada dua lokasi sawit yang berada di Dusun Sebaju yang dikelola oleh pengusaha lokal, persis berbatasan dengan hutan Rasau Sebaju yang telah berumur 7 tahun sekitar 100 hektar. Satu lagi kawasan luasnya 60 hektar. Pengembangan usaha sawit oleh pengusaha lokal ini sangat memungkinkan terjadi.
Hal ini jelas menjadi ancaman bagi keberadaan lahan gambut Hutan Rasau Sebaju. Pengusaha lokal yang mungkin mengembangankan usaha sawit sulit diprediksi jumlahnya, namun setiap pengusaha yang ada di Melawi berpeluang untuk berinvestasi sawit di kawasan Sebaju.
Kegiatan ekonomi yang berpeluang menyebabkan degradasi dan deforestasi sekitar kawasan yang mengancaman eksistensi biodiversity lahan gambut Hutan Rasau Sebaju juga oleh masyarakat sekitar. Untuk berladang, membangun perkebunan karet dan ada pula yang mulai melirik sawit. Aktivitas penebangan kayu di Hutan Rasau Sebaju juga masih terjadi, baik untuk memenuhi kebutuhan papan pribadi maupun untuk dijual ke pasar lokal. Warga Dusun Sebaju yang berkesempatan membuka lahan untuk perkebunan sebanyak 63 KK. Ditambah lagi desa tetangga, Desa Terepong yang beluang untuk membuka lahan sekitar 220 KK.
Selain musnahnya biodiversity kawasan gambut Hutan Rasau Sebaju, Deforestasi dan Degradasi lahan ini berdampak pada bencana banjir dan kekeringan. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Melawi (2016), dalam satu tahun minimal 2 kali terjadi banjir di dusun Sebaju. Tahun 2017 telah terjadi peningkatan jumlah banjir dari tahun sebelumnya, yakni sebnayak 4 kali.
Masyarakat Dusun Sebaju, Desa Nanga Kebebu untuk menjaga kelestarian Hutan Rasau Sebaju. Pendampingan saat ini telah melahirkan aturan -aturan terkait menjaga keutuhan lahan, pembagian zona kawasan, pembentukan lembaga pengelola. Hanya saja, diperlukan penguatan-penguatan kelembagan terutama peningkatan kapasitas untuk menjaga dan mengelola kawasan. Begitu pula terkait aturan, sebab saat ini hanya ada aturan di tingkat lembaga dan desa, diperlukan dukungan dari pemerintah kabupaten. Aturan-aturan tingkat lembaga dan desa perlu penguatan dan detail. Pendampingan yang dilakukan pun masih belum masuk aspek ekonomi.
COMMENTS